Curcol: Daftar Sekolah Sistem Rayon Bikin Pusing?

12 komentar

Halo... Salam Pelajar!
Beberapa hari lalu saya ngobrol via chat sama beberapa peserta didik saya yang baru tamat sekolah tahun ini dan akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, alias ke SMA/SMK. Jadi pada curhat dong tentang 'seru'nya daftar sekolah dengan sistem baru ini. Iya, udah pada tahu kan kalau sekarang Pemerintah menetapkan sistem zonasi alias rayon alias kawasan untuk mendaftar di sekolah negeri? Ternyata banyak suka dan sepertinya kebanyakan dukanya deh kalau dari cerita mereka. Loh kenapa? Yuk, kita baca curhatan mereka satu persatu.


"Senang bisa diterima di sekolah A. Meskipun hasil UN ga terlalu bagus, tapi udah diterima karena alamat rumah dekat banget ama sekolah"
"Masih bingung, capek, lelah... Percuma nilai bagus tapi mau masuk ke sekolah yang diinginkan tapi terkendala sistem rayon. Padahal, katanya masih masuk rayon tapi ditolak karena masih kalah sama yang rumahnya lebih dekat dengan sekolah. Mending sistem online kayak dulu deh"
"Aku sih ga ngaruh. Soalnya milih masuk sekolah keagamaan, kan udah tes duluan. Alhamdulillah sudah diterima. Malah udah mulai masa orientasi sekolah"
"Aku pilih SMK dong. Emang harus tes dulu, sih tapi asiklah sekolahnya bebas rayon. Terus ada jurusan sesuai minat. Ga perlu belajar yang ga aku suka"
"Sedih. Barusan berkas aku sama teman-teman dikembalikan. Terus kami harus sekolah di mana? Kami maunya sekolah di sekolah itu karena sekolahnya bagus"
"Pokoknya harus sekolah di sana. Gimanapun caranya"
Walah... Masih banyak dan macam-macam cerita dibalik penerimaan peserta didik baru ini. Belum lagi terdengar kabar jual beli kursi. Padahal nih ada beberapa alasan juga kenapa sekolah tidak bisa dan tidak mungkin menerima seluruh calon peserta didik.

  1. Juknis menyatakan kalau peserta didik yang diterima haruslah yang domisilinya paling dekat dengan sekolah, yaitu sebesar 90% dari kuota penerimaan.
  2. Jumlah rombel (kelas) terbatas, sehingga peserta didik yang diterima haruslah sesuai jumlah rombel
  3. Selain itu, setiap rombel memiliki batas maksimal. Jadi ga mungkin dong satu kelas diisi sampai penuh, misalnya 40 peserta didik dalam satu kelas.
  4. Jika ada peserta didik yang melebihi batas maksimal, maka data peserta didik tidak akan terdaftar di sistem dapodik. Artinya, yang rugi peserta didik itu sendiri.
SOLUSINYA?

Sebenarnya setiap sekolah setiap pukul 14.00 mengeluarkan pengumuman hasil penerimaan peserta didik. Jadi,  kalau belum diterima di sekolah yang diinginkan?
  1.  Lebih baik mencari sekolah yang paling dekat dengan domisili karena insyaallah pasti diterima. 
  2. Jikalau benar ingin mendaftar di sekolah yang diinginkan, cobalah melalui jalur prestasi. Apalagi kalau pernah menang lomba tingkat nasional, otomatis diterima. Tapi ingat ya, kuota untuk jalur prestasi ini pun terbatas.
  3. Masuk sekolah keagamaan, kejuruan atau sekolah swasta yang bagus. Jika memang niatnya belajar di sekolah yang bagus.
SARAN SAYA...

Percayalah, lingkungan mungkin berpengaruh terhadap pola belajar, tapi motivasi sukses yang berasal dari diri sendiri tentu saja lebih dominan mempengaruhi proses belajar kamu loh.

Sekolah yang bagus dan populer mungkin bikin kamu dan orangtua kamu bangga, awalnya. Namun, apakah tidak lebih bangga ketika kamu yang belajar di tempat yang dicap sekolah 'NDESO' ternyata berhasil menorehkan prestasi tingkat nasional nantinya?

I mean it. Jangan sedih karena gengsi ga diterima di sekolah yang kamu mau karena terbentur zona, buktikan dong kalau kerja keras kamu selama sekolah di SD/SMP itu emang berharga, sekalipun tidak berhasil membawa kamu belajar di sekolah favorit. Toh, masih banyak malah mereka yang memilih homeschooling ternyata bisa sukses. Bahkan lebih keren ketimbang yang sekolah formal.

Jadi perumpamaannya: Tetaplah jadi mutiara di manapun kamu berada. Mutiara ga bakal berubah jadi air comberan ketika ia berada di selokan. Mutiara pun terbentuk karena proses yang bertahun-tahun ga langsung instan, bimsalabim. Kecuali kalau mutiara tiruan alias imitasi. Karbitan. Mutiara asli juga nyarinya jauh loh di kedalaman lautan. :) 

Yuk! Yuk! Semangat belajar!


12 komentar

  1. Dilema emak-emak kalau sudah waktunya ngurusin nyari sekolah.
    Dilema antara pilihan anak dan ketentuan yang ada

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba. Anaknya gengsi kalau ga dapat sekolah favorit

      Hapus
  2. Sepakat bangeet mbak bikin pusing sistem rayon. Kasihan para buibuu sama anaknya juga :" hmm makasih sharingnyaa mbak. Salam kenaaal 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pusing. Kasian saya liat orangtuanya sama panitia juga. Sampai adu urat

      Hapus
  3. Mungkin masih perlu penyesuaian dengan sistem yang baru.

    BalasHapus
  4. tapi ada sisi positif nya juga mungkin mba.. anak ga terlalu jauh sekolahnya hehe dan beruntung kalo dekat sama sekolah favorit, kalo masuk rayon, pasti diterima ^^

    BalasHapus
  5. Anak saya masih balita, tapi membaca info ini kok jd ngeri juga, hiks hiks..
    Semoga ke depannya ada perbaikan sehingga memudahkan calon siswa.. Gusti mboten sare. Amin.

    BalasHapus
  6. Noted dulu.. Soalnya anakku masih kecil2 :) . Aku blm tau sistem sekolah begini jadinya.. Dulu jamanku sih sekolahnya khusus dr perusahaan papa mba.. Jd yg disekolah sana hanya anak2 dari karyawan oil and gas nya.. Dr tk ampe smu. Jd ga pernah tau sistem rayon2 :D

    BalasHapus
  7. pusing kalo lokasi rumahnya itu justru jauh dari sekolah manapun, termasuk yg katanya masuk zonasinya hehehe...secara fasilitas sarana dan kualitas pendidikan kita kan gak merata

    BalasHapus

Sila berkomentar dan bertanya 😊 Semua komentar dimoderasi ya