Memanfaatkan Media Sosial untuk Pelajar Milenial

50 komentar
Media Sosial sudah jadi gaya hidup anak Milenial, anak zaman now. Kalau dulu para pelajar ini akan dengan sopan bertanya dengan gurunya "Ma'am nomor handphone-nya berapa?" Kalau sekarang pertanyaan mereka berganti menjadi "Ma'am punya akun Instagram gak? Follow aku dong!" Oh tentu saja sebagai guru yang juga Milenial aku punya dong akun Instagram, Twitter, Facebook, LinkedIn, Path... *Lah, malah banyakan gurunya 😁

Tentu saja sebagai seorang pendidik yang aktif menggunakan media sosial, aku tahu betul bahwa banyak sekali dampak positif dan negatifnya dari media sosial ini. Sebut saja salah satu dampak negatifnya, Fenomena ADM (Artis Dunia Maya) yang pernah aku tulis di sini atau mengenai viralnya challenge tertentu di kalangan remaja ini. Seperti Blue Whale Challenge yang juga pernah aku bahas di blog ini. Tapi kali ini aku tidak akan membahas dampak negatifnya, melainkan menuliskan beberapa manfaat untuk pelajar dalam penggunaan media sosial.



1. Media Sosial sebagai Media Belajar


Ketika sesuatu yang dekat dan akrab dengan para remaja ini dibawa ke dalam kelas, maka menurut pengalaman aku antusias belajar anak-anak ini meningkat. Sebagai contoh, sulit untuk mencari native speaker di Bengkulu sebagai model dalam belajar bahasa Inggris. Maka, solusinya mencari akun Instagram atau YouTube yang dikelola oleh para native speaker ini sebagai media belajar di kelas. Aku pernah memanfaatkan akun Instagram dan YouTube Mr.D (Native speaker dari Amerika) yang memang fokus membuat konten belajar bahasa Inggris untuk ditayangkan di kelas. Tentu saja para pelajar ini sangat senang. Mereka memperoleh informasi bahasa Inggris langsung dari penutur aslinya. Bagaimana cara mengucapkan kata bahasa Inggris dengan benar, bagaimana memahami sebuah kalimat idiom dan sebagainya.

2. Media Sosial sebagai Sarana Publikasi Hasil Belajar


Setelah para pelajar ini mengamati akun-akun yang bermanfaat dalam proses belajar mengajar, maka mereka pun diarahkan untuk ikut serta membuat konten positif. Saat itu sebagai guru bahasa Inggris, aku meminta mereka membuat video procedure text secara berkelompok. Dimana nantinya video yang mereka kerjakan ini bisa diunggah ke media sosial sebagai konten positif. Sehingga para pelajar ini ikut aktif mewujudkan internet sehat.

Saat proses belajar mengajar memanfaatkan media sosial inilah aku menyampaikan betapa pentingnya untuk menyaring informasi sebelum menyebarkannya kembali. Apakah berita yang didapat hoax? Apakah tidak menimbulkan perpecahan antar umat beragama? Apakah bermanfaat untuk orang lain?

Kemudian, aku juga menanyakan apakah di antara mereka memanfaatkan media sosial dengan cara lainnya selain untuk pamer atau upload foto selfie?


Aku salut loh, ternyata beberapa dari mereka bisa memanfaatkan media sosial dengan baik, diantaranya

1. Sebagai Alat Diskusi Belajar


Aplikasi messenger seperti WhatsApp saat ini sudah dimanfaatkan oleh siapa saja. Tak terkecuali para pelajar ini. Mereka mengaku menggunakan WA Grup untuk saling bertukar informasi dan berdiskusi mengenai pelajaran. Menanyakan soal-soal yang sulit untuk diatasi bersama. 

2. Sebagai Alat Komunikasi dengan Penutur Asing


Beberapa dari mereka bahkan memanfaatkan messenger di Facebook ssebagai alat komunikasi untuk belajar bahasa asing. Setiap kali aku masuk kelas mereka sering menanyakan, "Ma'am maksudnya kalau di chat ada yang nulis ROTFL apa? Kalau ini apa? Itu apa?" Wah, aku sampai kewalahan kadang menanggapinya 😁. Setelah aku tanya, "Ngapain sih kok nanya yang di luar materi belajar?" Mereka menjawab, "Kami chatting sama orang dari sini, sini, sini dan sini... (Menyebutkan beberapa negara berbeda). Gak apa-apa kan Ma'am?" Tentu saja aku bilang tidak masalah, malah bagus loh bisa belajar banyak dari mereka mulai dari bahasa dan budaya. Asalkan jangan 'kabur bareng' aja. Ingatku saat itu. Alhamdulillah sampai sekarang mereka masih ada di Indonesia, belajar dengan baik. 😄

3. Sebagai Alat Jual Beli Online


Tak disangka, beberapa dari mereka bahkan ada yang memiliki media sosial untuk dipergunakan sebagai online shop. Iya, mereka jadi reseller atau dropshipper dari suatu agen. Wah, keren sekali sudah bisa menghasilkan uang jajan sendiri. Mereka menunjukkan akun Instagram online shop yang mereka kelola. Ternyata pembelinya ada loh. Memang sih ruang lingkupnya belum besar, baru sebatas teman-teman. Tapi itu menurut aku udah kece banget.

Sebagian akun juga tidak dikelola sendiri, melainkan milik orangtua atau saudara. Jadi mereka pakai sistem bagi hasil kalau ada barang yang laku. Untuk modal pun masih dibantu oleh orangtuanya. Terus waktu aku tanya apa tipsnya nih biar bisa jual barang lebih murah?

Kata mereka, bisa dengan menghubungi supplier utama. Bukan dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Atau membuat sendiri produknya. Beberapa juga memanfaatkan flash sale dari berbagai merchant online, seperti dari Lazada.


Terus aku jadi ingat dengan program Lazada 11.11. Itu loh program belanja sehari dari Lazada yang diskon besar-besaran pada tanggal 11 November nanti. Nah, saat festival belanja terbesar ini siapa saja bisa mewujudkan barang impiannya (wishlist) dengan harga murah. Saat kutanya para pelajar milenial ini, "If you have a chance to buy something in small price, what are you going to buy?"Tentu saja jawaban mereka bermacam-macam. Namun, beberapa di antaranya yang sering mereka sebut adalah

1. Smartphone Keren

Tentu dong ya ini gadget impian semua orang. Biar tetap eksis di dunia maya. Apalagi kalau kamera smartphonenya keren, maka terwujudlah sudah keinginan untuk sering-sering update snapgram. Hahaha...

2. Kuota dan Pulsa Tanpa Batas

"Ma'am, kalau smartphone keren gak ada kuota sama pulsa percuma. Makanya aku mau kuota dan pulsa yang gak abis-abis" Celetuk salah satu dari mereka. Setelah kupikir-pikir ada benarnya juga ya. 

3. Peralatan Sekolah


Terakhir yang banyak disebut tentu saja peralatan sekolah. Seperti tas, sepatu, alat tulis, buku dan sebagainya. Beberapa ada yang pengin punya laptop kelas. Kelasnya dipasang AC atau kipas angin. Kalau aku pribadi sebagai guru sih, maunya setiap kelas dipasang proyektor LCD biar kalau mau memanfaatkan teknologi gak repot-repot lagi minjem di kantor.

Yes, itu dia manfaat media sosial bagi pelajar milenial berdasarkan hasil pengalaman dan wawancara di beberapa kelas. semoga wishlist di atas bisa terkabul ya di festival belanja Lazada nantinya. Tentu saja harapan aku nanti, kalau mereka sudah punya smartphone keren dan kuota tanpa batas. Belajarnya gak malas-malasan lagi karena kebanyakan main media sosial. Apalagi kalau peralatan sekolah sudah baru semua, gak ada alasan juga dong gak semangat belajar.