Contoh Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi - Tugas 2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1

Tidak ada komentar

Miskonsepsi Pembelajaran Berdiferensiasi

Awalnya saya pikir pembelajaran berdiferensiasi berarti bahwa:
  • guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. 
  • guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. 
  • guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. 
  • guru memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. 
  • guru harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus untuk setiap anak.

Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Melihat miskonsepsi di atas, tentu saja membuat saya sebagai guru pusing tujuh keliling. Bagaimana mungkin seorang guru bisa mengajar dengan 32 cara berbeda? Lalu kalau mengampu 6 kelas, artinya guru harus siap berperan mengajar dengan 192 cara?

Ternyata, untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi harus diperhatikan hal-hal berikut ini:
  1. tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid
  3. lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar 
  4. Manajemen kelas yang efektif
  5. Penilaian berkelanjutan
Lalu, apakah Pembelajaran Berdiferensiasi itu? 

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. 

Sederhananya dalam pembelajaran ada proses dan tindakan bervariasi yang dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses dan tindakan ini tentu saja harus memenuhi kebutuhan para murid.

Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. 

Cara Mengetahui Kebutuhan Murid

Pada pengertian pembelajaran berdiferensiasi di atas, disebutkan bahwa kebutuhan murid merupakan kunci terlaksananya pembelajaran ini. Lantas bagaimana cara guru mengetahui kebutuhan setiap murid yang tentunya berbeda-beda?

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. 
Ketiga aspek tersebut adalah:
  1. Kesiapan belajar (readiness) murid
  2. Minat murid
  3. Profil belajar murid
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Berikut ini beberapa kegiatan yang dapat diaplikasikan di kelas untuk mengetahui kebutuhan murid:
  1. Melakukan asesmen diagnostik (tes awal)
  2. Observasi langsung selama proses pembelajaran di kelas
  3. Menggunakan angket/survei
  4. Bertanya langsung kepada murid
  5. Mendiskusikan dengan orangtua atau wali kelas sebelumnya
  6. Mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran untuk mengetahui efektivitas pembelajaran
  7. Melihat hasil belajar pada semester/tahun sebelumnya.
Nah, jika sudah mendapatkan data kebutuhan murid, maka tahap selanjutnya adalah membuat rencana pembelajaran yang bisa mengakomodir kebutuhan mereka. 

Contoh Kegiatan Pembelajaran Berdiferensiasi

Agar RPP atau Modul Ajar Berdiferensiasi ini lebih mudah disusun, guru dapat memulainya dari beberapa hal:
  1. Diferensiasi Konten
  2. Diferensiasi Proses
  3. Diferensiasi Produk
Kita ambil contoh sebagai berikut:

Pada pembelajaran proses air bersih, guru membawa sendiri atau meminta murid membawa air dari berbagai sumber. Misalnya: air sumur, air selokan, air PDAM, dan air sungai. Lalu melakukan penyaringan air bersih ini dengan satu cara saja hingga didapat hasil air yang bersih sesuai materi pembelajaran.

Maka di sini guru sudah melakukan diferensiasi konten (materi).

Selanjutnya, guru hanya menyediakan satu sumber air untuk disaring menjadi air bersih. Namun, proses penyaringan air dilakukan dengan cara yang berbeda. Ada yang diendapkan, menggunakan kain, bebatuan dan sebagainya. Sehingga menghasilkan air bersih.

Maka di sini guru sudah melakukan diferensiasi proses.

Kemudian, guru dapat meminta murid menceritakan kembali pemahaman mereka tentang proses penyaringan air bersih ini dengan berbagai media yang diminati oleh murid. Contohnya: melalui video, foto, artikel, infografis dan lain-lain. 

Maka guru telah melakukan diferensiasi produk.

Lantas apakah ketiga diferensiasi ini harus selalu ada dalam setiap rencangan pembelajaran yang dibuat oleh guru? Tentu saja tidak. Guru bisa mengambil satu atau dua saja. Namun akan lebih sempurna jika dapat dilakukan semua.

Contoh RPP Modul Ajar Pembelajaran Berdiferensiasi Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Saya telah membuat sebuah contoh modul ajar (RPP) pembelajaran berdiferensasi mata pelajaran bahasa Inggris.

Pada RPP yang saya susun ini, sudah terdapat diferensiasi konten, proses, dan produk. Namun tentu saja bisa disesuaikan lagi dengan aspek kebutuhan belajar murid masing-masing.
Silakan klik di tautan ini untuk mengakses: 


Tentu saja RPP yang saya buat masih memiliki kekurangan. Silakan memberikan komentar, saran, atau pertanyaan tentang pembelajaran berdiferensiasi ini. 

Saya harap sebagai guru kita sama-sama dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ini di kelas secara konsisten. Sehingga Tujuan Pendidikan yang berpihak pada murid dapat terwujud. Sesuai dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara:
Menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun masyarakat.

Selain itu nilai dan peran sebagai guru penggerak juga dapat tercermin dalam kegiatan pembelajaran sehari-harinya sesuai dengan profil pelajar Pancasila dan mencapai visi yang dicita-citakan. Aamiin... 

Budaya Positif di Sekolah, Mulai dari Mana?

Tidak ada komentar
Selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 ada banyak hal yang mengubah pandangan dan diri saya. Berikut sedikit ringkasan materi yang dipelajari pada Modul 1. 

Modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Tujuan pendidikan menurut KHD adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tinginya baik sebagai manusia maupun masyarakat.

Adapun Kodrat Anak adalah potensi diri yang dimiliki oleh seorang anak, seperti potensi berpikir, potensi emosi dan potensi pisik. Oleh karena itu guru harus Menuntun (Among) yaitu memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Sesuai dengan Trilogi Pendidikan: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani yang berarti di depan menjadi teladan, di tengah memberi motivasi, di belakang memberi dorongan.

Maka guru dituntun untuk menyelenggarakan pendidikan yang berpihak pada anak, tujuannya agar menjadi manusia merdeka sehingga pendidikan harus berpihak pada murid agar anak selamat dan bahagia baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Pada modul 1.2 ini saya mempelajari tentang nilai dan perang guru penggerak yang diharapkan dapat terwujud. Adapun nilai dan peran guru penggerak terbagi menjadi beberapa poin seperti tertera di bawah ini.

Nilai Guru Penggerak:

  • Berpihak pada murid 
  • Mandiri 
  • Reflektif 
  • Kolaboratif 
  • Inovatif

Peran Guru Penggerak:

  • Menjadi pemimpin pembelajaran 
  • Mewujudkan kepemimpinan murid 
  • Mendorong kolaborasi 
  • Menjadi coach bagi guru lain 
  • Menggerakkan komunitas praktisi

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Selanjutnya pada Modul 1.3 saya diajak menyusun Visi. Sebagai catatan, visi guru penggerak harus mampu mencerminkan Nilai dan Peran Guru Penggerak dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Profil Pelajar Pancasila

Untuk memudahkan menyusun Visi, saya juga mempelajari mengenai Inkuiri Apresiatif. Inkuiri apresiatif adalah sebuah paradigma sekaligus model manajemen perubahan yang memegang prinsip psikologi positif, serta pendekatan berbasis kekuatan. Untuk mengenali inkuiri apresiatif ini, lebih mudah jika menggunakan bagan BAGJA (Buat pertanyaan - Ambil pelajaran - Gali mimpi - Jabarkan rencana - Atur eksekusi). Sederhananya kita membuat dulu tujuan (visi) yang ingin dicapai, kemudian kita tuliskan hal-hal baik yang sudah ada di sekitar dan bisa kita pelajari, lalu kita rumuskan lagi kira-kira perubahan apa yang akan terjadi jika visi ini terwujud, selanjutnya kita rumuskan rencana apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, dan yang terakhir adalah melaksanakan semua rencana tersebut.

Modul 1.4 Budaya Positif 

Budaya positif adalah suatu pembiasaan yang bernilai positif, di dalamnya mengandung sejumlah kegiatan yang mampu menumbuhkan karakter murid.

Cakupan Materi Budaya Positif

  • Disiplin positif
  • Teori motivasi
  • Keyakinan kelas
  • Kebutuhan dasar manusia
  • Posisi kontrol
  • Segitiga restitusi
Untuk membentuk Budaya Positif (pembiasaan yang bernilai positif) tentu harus diawali dari disiplin positif. Sebuah istilah di mana disiplin muncul karena berasal dari diri sendiri (motivasi intrinsik). Bukan berasal dari luar, seperti disiplin yang muncul karena takut akan hukuman ataupun haus akan pujian.

Langkah awal yang bisa diterapkan di sekolah untuk membentuk disiplin positif ini dengan menyusun Keyakinan Kelas. Keyakinan kelas dapat disusun dari peraturan-peraturan kelas yang disepakati antara murid dan guru. Kemudian memastikan semua peraturan terdiri dari kalimat positif yang kemudian disarikan menjadi nilai-nilai kebajikan. Sehingga disebut menjadi Keyakinan Kelas.

Dengan adanya keyakinan kelas ini, guru dan murid bisa menjadikannya sebagai panduan dalam melakukan pembiasaan bernilai positif. Sehingga ketika murid melakukan sesuatu di luar nilai kebajikan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia (kebutuhan bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kebebasan, kesenangan, dan penguasaan). Guru bisa mengambil posisi kontrol yang tepat yakni sebagai Manager.

Sebagai informasi, ada 5 Posisi Kontrol Guru:
  1. Penghukum
  2. Pembuat rasa bersalah
  3. Teman
  4. Pemantau
  5. Manager
Sebagai guru penggerak, diharapkan dapat mengambil posisi sebagai manager atau minimal sebagai pemantau. 

Sebagai langkah pelaksanaannya, bisa melalui penerapan Segitiga Restitusi.
Ada 3 tahapan dalam Segitiga Restitusi:
  1. Menstabilkan identitas
  2. Memvalidasi tindakan yang salah
  3. Menanyakan keyakinan kelas.
Berikut contoh role-play pelaksanaan Segitiga Restitusi yang saya lakukan:

Bagi saya modul 1.4 ini sangat menantang. Dimana semua rencana aksi nyata harus direalisasikan. Selain melakukan role-play pelaksanaan segitiga restitusi, saya juga harus mendiseminasikan materi Budaya Positif ini kepada rekan sejawat di sekolah. 

Berikut ini video diseminasi dan pelaksanaan aksi nyata berupa penyusunan keyakinan kelas yang telah saya terapkan:

Pada kegiatan tersebut, rekan sejawat menyambut secara positif materi ini. Hanya saja untuk menyamakan persepsi mengenai disiplin positif melalui segitiga restitusi dengan mengacu pada keyakinan kelas masih menjadi sebuah tantangan. Namun saya yakin, jika dilakukan secara kolaboratif dan konsisten, budaya positif akan terbentuk.

Sedangkan saat penyusunan keyakinan kelas di kelas 7, respon murid cukup baik. Meskipun dalam pelaksanaannya masih belum sepenuhnya berjalan berdasarkan keyakinan kelas yang disusun.

Seandainya di Zaman Ibu Sudah Ada ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)

21 komentar

Ibuku Panutanku

Saya terlahir 37 tahun yang lalu, dari seorang ibu rumah tangga biasa dan memiliki ayah yang bekerja sebagai guru di beberapa sekolah demi mencukupi kebutuhan. Untuk membantu keuangan rumah tangga, ibu saya menekuni bisnis kreditan panci atau pakaian. 

Ya, selain kami berlima sebagai keluarga inti, ada tiga orang adik ibu saya yang masih sekolah dan dua orang kakak angkat perempuan yang disekolahkan oleh ayah saya tinggal di rumah. Terbayang betapa ramainya rumah KPR yang berisi sepuluh orang itu.

Pendapatan ayah saya saat itu boleh dibilang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan ibu pernah bercerita, ayah saya pernah tidak punya uang satu sen pun untuk mengisi bahan bakar motornya untuk berangkat mengajar ke tiga sekolah yang jaraknya berjauhan.

Jangan ditanya soal apa yang kami makan sekeluarga. meskipun kondisi keuangan pas-pasan, seingat saya ibu saya selalu mengutamakan asupan gizi dan pendidikan kami. Walaupun protein hewaninya kadang hanya sebutir telur yang dibagi dua. Alhamdulillah sayuran ada yang bisa dipetik di belakang rumah hasil tanaman ibu dan beras dolog dari pemerintah selalu tersedia. Meskipun kalau dilihat warnanya itu agak kekuningan dan keras saat dimakan. 

Urusan pakaian tentu saja kami hanya beli baju baru saat hari raya. Bahkan sewaktu kecil, kadang ibu saya menjahitkan 'baju baru' untuk saya dari potongan baju ayah atau ibu saya yang sudah robek. Saya masih ingat bagaimana bahagianya ketika mendapatkan baju baru spesial itu.

Kondisi keuangan keluarga yang tidak stabil saat itu mendorong ibu saya untuk nekat mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Ya, ibu saya selepas SMA langsung dilamar oleh ayah saya, yang saat itu adalah muridnya. Jadi, beliau merasa harus sekolah lagi demi masa depan keluarga. 

Saya ingat bagaimana ibu saya bercerita. Ketika mulai kuliah, beliau di jam 3 pagi sudah selesai mencuci dan menjemur pakaian. Lalu ketika semua pekerjaan rumah selesai, beliau berangkat kuliah dengan motor vespanya. Tekadnya berhasil menjadikannya seorang guru. Diterima sebagai pegawai negeri dan mulai merintis karirnya. 

Ibu dan Teknologi 

Menjadi guru selama puluhan tahun tentu banyak hal yang dilalui. Termasuk perkembangan teknologi yang sangat pesat. Saya tahu betul bagaimana beliau berusaha untuk terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Dimulai dari belajar menggunakan OHP, handphone, LCD proyektor, dan saat beliau bersikeras mau belajar komputer. 

Jangan dibayangkan handphone zaman dulu itu smartphone seperti yang sekarang. Punya ibuku masih yang ada antenanya dan besar banget mirip ulekan batu cobek. Saya juga ingat ibu sering menenteng tas berat yang berisi OHP untuk presentasi materi saat mengajar. Nah, buat yang tidak kenal OHP (Over Head Projektor), benda ini tuh bisa dilbilang cikal bakalnya LCD proyektor saat ini. Bedanya OHP memproyeksikan media transparan ke arah layar, dengan hasil gambar yang cukup besar. Gambar atau tulisannya biasanya hitam putih. Tergantung dengan tinta warna apa yang ibu gunakan untuk menulis di plastik transparannya. Plastik transparan ini bukan kantong kresek belanjaan ya.. melainkan plastik bening yang sering digunakan sebagai cover untuk menjilid fotokopian itu.

Menulisnya pun harus menggunakan pena khusus dan ditulis dengan tangan lembar demi lembar. Kebayang pegalnya tangan kalau harus membuat presentasi berlembar-lembar. Tambahan lagi OHP ini beratnya bisa mencapai 9Kg! Kebayang dong gimana perjuangan beliau bawa-bawa OHP ini ke kelas.

Makanya ketika LCD proyektor mulai jadi trend, ibu juga beradaptasi lagi belajar menggunakan LCD proyektor. Kalau dulu OHP hanya bisa menampilkan tulisan tangan dan gambar yang dibuat sendiri dengan keterbatasan warna. Maka seperti yang kita tahu, LCD proyektor ini bisa menampilkan video, gambar atau data dari komputer dengan tampilan yang jauh lebih menarik. 

Apalagi kalau video atau gambar yang ditampilkan berasal dari laptop ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) yang mengusung layar OLED. Pasti pengalaman audio visual di kelas jadi semakin menyenangkan. Sebab laptop yang menggunakan layar ASUS OLED mampu mereproduksi 100% warna pada color space DCI-P3 yang setara dengan 133% warna pada color space sRGB. Bahasa sederhananya nih tampilan visualnya jadi lebih detail dan akurat gitu. Seperti pada perbandingan gambar berikut:

A picture containing text, colorfulDescription automatically generated
Sumber foto: Laman ASUS OLED

Selain itu, kelebihan dari laptop dengan layar ASUS OLED adalah sebagai berikut:
1. Warna kelas profesional terbaik
2. Mengurangi 70% cahaya biru yang berbahaya untuk kenyaman mata
3. OLED memiliki volume warna 1,6x dibandingkan dengan LCD
4. Kontras ekstrim, detail menakjubkan
5. Waktu respons tercepat di laptop mana pun
6. Sudah mengantongi sertifikat PANTONE Validated Display
7. mengusung rasio layar 16:10 beresolusi 2.8K (2880x1800)

Seandainya ibu belum pensiun saat ini, tentu beliau tidak akan segan meng-upgrade gadgetnya ke ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)  ini.


Ibu dan Aplikasi Microsoft Office

Awalnya setelah kenal LCD proyektor, ibu selalu minta bantuan rekan kerjanya untuk mengoperasikan. Namun seiring berjalannya waktu beliau sadar bahwa beliau tidak bisa terus-terusan mengandalkan orang lain. Dulu beliau sering berkata,
"Zaman canggih sekarang kalau tidak belajar teknologi ketinggalan. Mau minta bantuan orang lain terus gak bisa. Orang lain juga punya kerjaan. Ngandalin kalian anak-anak ibu juga gak mungkin terus-terusan kan? Makanya ibu nekat mau belajar. Ayo, ini ibu diajarin! Nanti seandainya kalau kalian pada sekolah di luar kota semua, ibu gimana?"
Akhirnya dengan penuh semangat, beliau diajari oleh kakak laki-laki saya, yang dari dulu memang cinta banget dengan komputer. Tentu saja diawali dengan belajar menghidupkan dan mematikan komputer dengan benar. Lalu merambah ke Microsoft Office. Dimulai dari Microsoft Word lalu dilanjutkan ke Microsoft Power Point. Untuk Microsoft Excel, ibu mengaku pusing karena banyak rumusnya. Jadi saat itu beliau lebih memilih menghitung nilai secara manual menggunakan kalkulator. 



Saya sih maklum, untuk generasi guru di zaman sekarang saja banyak yang menyerah dengan aplikasi satu itu. Saya pun hanya sekadar bisa mengolah nilai saja, bukan yang ahli banget. Tapi sebenarnya di zaman sekarang, tidak bisa menolak lagi sih untuk belajar menggunakan berbagai aplikasi di Microsoft Office ini. Apalagi saat ini aplikasi bawaan sistem Windows ini memang selalu dipakai untuk mengerjakan berbagai tugas administrasi guru.

Tambahan lagi sistem operasi Windows ini juga terus berkembang mengikuti zaman. Laptop lama yang dimiliki oleh ibu saya yang masih mengusung Windows XP ataupun Windows 7 sudah mulai tidak kompatibel dengan berbagai aplikasi komputer saat ini. Tentu saja sebenarnya bisa di-upgrade ke Windows 11 seperti yang dimiliki ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400). Namun laptopnya sudah tidak mampu karena keterbatasan performa.

Lain halnya dengan ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) yang bisa dimaksimalkan untuk menjalankan aplikasi Windows 11. Pengguna bisa beralih ke mode Performance yang akan membuat prosesor bekerja dengan TDP di 45 Watt. Sehingga membuat laptop bekerja lebih gesit serta responsif. Tidak perlu khawatir juga dengan performanya kalau mau upgrade, sebab ASUS menggunakan storage berbasis M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD berkapasitas 512GB dengan memory 16GB DDR4.

Ibu dan Kariernya

Setelah belajar dengan kakak laki-laki saya, beliau akhirnya bisa membuat RPP sendiri (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), laporan kegiatan, lembar kerja siswa, slide presentasi sederhana dan berbagai karya lainnya.

Kerja keras dan dedikasinya sebagai guru tentu saja membuahkan hasil. Beliau sering terpilih mengikuti berbagai pelatihan dan workshop di luar provinsi. Kemudian menjadi tutor untuk guru lainnya di kota kami. Tentu saja sambil tetap mengajar di sekolah tempat tugasnya. Fyi saja, tidak semua guru berkesempatan dikirim untuk mengikuti pelatihan di luar kota dan menjadi tutor. Alasan menguasai teknologi juga menjadi salah satu faktor penentunya.

Meskipun ibu saya belum expert, setidaknya beliau tidak lagi bergantung pada orang lain untuk  mengoperasikan sendiri Power Point saat presentasi dan mengoneksikan sendiri LCD Proyektor ke laptop. "Loh, ternyata mudah ya? Tinggal colok saja." Ucapnya kala itu sambil tertawa.


Yes, apalagi kalau menggunakan  ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) yang sudah dilengkapi dengan port USB Type-A, HDMI, dan Micro SD card reader. Urusan memindahkan data dan presentasi tentu bukanlah menjadi kendala besar. Mau dikoneksikan ke speaker juga aman karena dilengkapi dengan port Audio Jack. Apalagi laptop ini juga didukung dengan Smart Amp Technology, Built-in speaker, Built-in array microphone dan lebih kerennya lagi sudah mengantongi harman/kardon certified audio. Artinya teknologi ini menawarkan true surround-sound yang mampu menghasilkan suara 2.5x lebih kencang.

Nah, Setiap kali pergi pelatihan ataupun menjadi tutor di pelatihan guru, beliau selalu membawa barang wajib, yaitu laptop. Kadang beliau mengeluh sakit bahu karena laptop di zaman itu cukup tebal dan berat. Seandainya saat itu sudah ada ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) yang didesain ringkas dan ringan dengan bobot hanya 1,4Kg, serta ketebalan bodi hanya 18,9mm tentu beliau akan lebih happy ya... 

Ibu dan Bisnisnya

Selain melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, Ibu juga tetap menekuni hobinya berjualan. Berkat ketekunannya, beliau berhasil memiliki satu usaha penjualan produk fashion dan rumah tangga. Omzetnya bisa sampai ratusan juta setiap bulannya. Beliau juga bisa membuka lapangan kerja untuk memberdayakan perempuan dalam mengelola bisnisnya.

Tentu saja bisnis yang besar memerlukan administrasi yang baik. Setiap hari selalu ada pembukuan untuk barang masuk dan keluar menggunakan aplikasi khusus menggunakan komputer dengan spesifikasi tertentu. Lalu melakukan order barang secara online, mengecek email order, invoice dan retur barang, serta berbagai kegiatan lainnya secara online.

Kalau dulu, di awal internet digunakan, kami masih menggunakan kabel telepon yang disambung ke komputer. Kemudian diikuti perkembangan zaman, juga mulai menggunakan modem dan WiFi.

Sama halnya dengan teknologi dari ASUS yang selalu berkembang. Laptop ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) dilengkapi dengan Wi-Fi 6 dan Bluetooth 5. Semuanya bisa memudahkan pengguna untuk terkoneksi ke Internet atau perangkat lain dengan lebih cepat dan praktis.



Jangan ditanya betapa kerasnya beliau berjuang untuk mempelajari semua hal baru dan berkenalan dengan berbagai alat teknologi dan informasi ini. Alhamdulillah saat itu saya bisa membantu beliau dan juga mengajari karyawan lainnya agar melek dengan teknologi. Sehingga bisnis yang dikelola ibu tetap bisa berjalan hingga bertahun-tahun lamanya.

Namun tentu saja pasar bisnis ada naik turunnya. Saat pandemi melanda, ibu akhirnya memutuskan untuk menutup tokonya. Hasil penjualan sudah tidak bisa lagi menutupi biaya operasional bisnisnya. Hanya jika ada pelanggan yang ingin membeli stok barang yang tersisa saja, baru ibu akan membuka tokonya. Begitu selesai transaksi maka toko ditutup kembali.

Ibu juga tidak lagi mengambil barang dari supplier. Jika ada yang ingin memesan produk keluaran terbaru, maka beliau akan menyarankan melakukan pemesanan secara mandiri via online.

Keinginan Ibu Memiliki Toko Online

Sejujurnya, stok barang di toko ibu juga masih banyak. Saya sempat menyarankan ibu untuk menjualnya secara live shopping atau membuat akun e-commerce supaya barang yang tersisa cepat laku. Tapi kata ibu saat itu, "Iya yah, kapan nih kita eksekusi? Semakin berumur ini makin lelah. Tenaga tidak sama seperti dulu. Lagian aset barang elektronik juga sudah banyak rusak karena jarang dipakai. Tidak pernah di-update." keluhnya.

Saya pikir ucapan beliau ada benarnya. Mungkin saat ini saya juga perlu turun tangan langsung untuk membuatkan toko online dan mengelolanya. Soalnya saya masih berada di usia produktif, masih full powerful performance. Hihi.. jadi mirip ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) yang Hadir dengan ditenagai AMD Ryzen™ 5000 H-Series Mobile Processors yang memiliki full powerful performance core untuk multitasking bahkan video editing. Selain powerful, prosesor ini memberikan daya baterai lebih awet sehingga produktivitas harian semakin maksimal. Dilengkapi dengan kartu grafis integrasi AMD Radeon yang memberikan performa gaming yang tanpa lag. Produktivitas harian dimanapun dan kapanpun jadi maksimal dengan performa prosesor dan kartu grafis dari AMD ini.

Saya yakin nih dengan spesifikasi yang dimiliki laptop ini, akan memudahkan impian ibu untuk memiliki toko online sendiri. Selain menjual sisa stok barang, rencananya kami juga akan memasarkan koleksi bunga ibu yang sudah beranak pinak. Sebelumnya sudah ada beberapa pelanggan yang tertarik dan membeli beberapa anakan dari koleksi daun keladi ibu. Nah, kalau dipromosikan secara online tentu akan lebih banyak omsetnya. 

Kalau lihat halaman rumah ibu tuh sejuk banget. Penuh dengan dedaunan hijau, bunga, dan beberapa pohon buah-buahan. Pokoknya sejuk deh. Seperti ASUS yang membekali Vivobook Pro 14 OLED (M3400) dengan system pendingin IceCool Plus terbaru. Sistem pendingin yang ditenagai dua kipas angin berbahan Liquid Crystal Epoxy Polymer (SCP) sehingga dapat hadir denggan 86 bilah di setiap kipasnya. Sistem pendingin ASUS IceCool Plus juga mampu mengalirkan udara 16% lebih baik dan memastikan Vivobook Pro 14 OLED (M3400) bekerja secara optimal.



Yup, boleh dibilang ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) memang dirancang sebagai perangkat penunjang aktivitas sehari-hari sehingga penggunanya dapat menjadi lebih produktif. Selain beberapa fitur yang sudah disebutkan di atas, laptop ini juga dilengkapi dengan touchpad yang luas, keyboard ASUS ErgoSense, AI Noise Cancelling, HD webcam terintegrasi lengkap dengan slider privacy shutter, dan baterai berkapasitas 50Wh yang tahan lebih dari 8 jam penggunaan.

Spesifikasi lengkapnya ada pada tabel berikut:

Main Spec.

Vivobook Pro 14 OLED (M3400)

CPU

AMD Ryzen™ 7 5800H Mobile Processor (8-core/16-thread, 20MB cache, up to 4.4 GHz max boost)

AMD Ryzen™ 5 5600H Mobile Processor (6-core/12-thread, 19MB cache, up to 4.2 GHz max boost)

Operating System

Windows 11 Home

Memory

16GB DDR4

8GB DDR4

Storage

512GB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD

Display

14-inch, 2.8K (2880 x 1800) 16:10, ASUS OLED, 90Hz 0.2ms, 600nits,

DCI-P3 100%, Pantone Validated, VESA HDR True Black

Graphics

AMD Radeon™ Graphics

Input/Output

1x USB 3.2 Gen 2 Type-A, 2x USB 2.0 Type-A, 1x HDMI 1.4, 1x 3.5mm Combo Audio Jack, Micro SD card reader

Connectivity

Wi-Fi 6(802.11ax) (Dual band) 2*2 + Bluetooth 5

Camera

720p HD camera with privacy shutter

Audio

Smart Amp Technology, Built-in speaker, Built-in array microphone, harman/kardon certified audio

Battery

50WHrs, 3S1P, 3-cell Li-ion

Dimension 

31.58 x 22.63 x 1.89 ~ 1.92 cm

Weight

1.4 Kg

Colors

Solar Silver, Cosmos Blue

Price

Rp11.299.000 (Ryzen 5 / 8GB RAM / 512GB SSD)

Rp11.799.000 (Ryzen 5 / 16GB RAM / 512GB SSD)

Rp12.799.000 (Ryzen 7 / 16GB RAM / 512GB SSD)

Warranty

2 tahun garansi global dan 1 tahun ASUS VIP Perfect Warranty


Berdasarkan tabel di atas, harga untuk ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) juga cukup terjangkau. Cocok digunakan oleh pelaku UMKM, pelajar, pendidik ataupun profesi lainnya yang memerlukan perangkat penunjang. Semoga kami berkesempatan memiliki laptop idaman ini yah.

Akhir kata saya mengambil sebuah kutipan dari B.J Habibie untuk menutup tulisan ini...





Cara Mendapatkan Akun Canva for Education

Tidak ada komentar

Saat ini tentu sudah banyak yang kenal dengan Aplikasi Canva. Sebuah platform yang mudah sekali digunakan bahkan bagi seorang desainer pemula. Ya, Canva menyediakan berbagai template yang bisa digunakan membuat infografis, undangan digital, video seingkat, iklan, postingan media sosial, dan sebagainya. 

canva for education
Contoh tampilan beranda akun Canva for Education yang sudah disetujui


Saat ini Canva juga peduli dengan pendidikan loh. Makanya mereka membuat sebuah program yaitu, Canva for Education. Jadi, mereka yang bertugas di ranah pendidikan bisa punya akun Canva for Education secara gratis. Sudah tahu dong kalau akun Canva itu ada yang gratis dan berbayar (premium). Nah, kalau akun Canva for Education ini apa ya?

Keunggulan Akun Canva for Education

  • Gratis
  • Fitur yang ada pada Canva for Education mirip dengan Canva premium
  • Template yang ada lebih spesifik pada pendidikan
  • Bisa membuat kelas online sendiri
  • Bisa ditautkan dengan kelas online yang sudah ada (misalnya google classroom)
  • Bisa mengundang murid untuk bergabung pada akun Canva for Edu

Cara Mendapatkan Akun Canva for Education

Nah, aku sendiri mendapatkan akun Canva for Education ini dari sebuah pelatihan guru. Cara mendapatkannya sebagai berikut:
  • Membuat akun canva baru pada link Canva for Education
  • Klik daftar, lalu isi data yang diminta
  • Untuk unggah dokumen sebagai bukti anda adalah seorang guru, bisa mengunggah scan sertifikat pendidik, kartu NUPTK, atau SK Mengajar
  • Setelah akun dibuat, akun Canva for Education tidak langsung aktif
  • Maka buka pengaturan akun, isi pertanyaan 'Apa tujuan anda menggunakan Canva?' dengan memilih Guru
  • Cek inbox email yang didaftarkan untuk Canva for Education
  • Pada email lihat notifikasi apakah akun anda sudah dalam proses pengajuan Canva for Education
  • Tunggu sekitar 4x24 Jam untuk akun diverivikasi
  • Akan ada pemberitahuan apakah akun anda diterima atau ditolak
  • Jika ditolak, anda bisa mengajukan ulang
  • Jika diterima, selamat anda sudah bisa memanfaatkan fitur pada akun Canva for Education.
Demikianlah cara mendapatkan akun Canva for Education secara gratis. Sampai jumpa di tulisan lainnya.

A Story of ASUS OLED

Tidak ada komentar

 “Mas, nanti kado lahiran aku ini aja yaa?” Istriku menunjuk ke sebuah laptop terbaru keluaran ASUS. 

“Oke, honey. Nanti akhir tahun kita beli ya. Sekarang kita nabung buat biaya lahiran dulu.”

Istriku yang penurut itu mengangguk. Ah, manis banget. 


“Mas pergi dulu ke kantor ya. Nanti mungkin pulangnya malam. Ada meeting. Baik-baik di rumah. Jaga bayi kita.” Pesanku sambil mengecup kening istriku dan berlalu.


***


“Iya, Mas. Pengin banget ini laptop baru. Punyaku yang lama loadingnya lambat.” Dia manyun.


“Ya sudah, kita ke ASUS Store yuk!”


“Ini Mas. Aku mau ini yang OLED.”



Aku membaca spesifikasinya: layar OLED.

Hmm… maksudnya apa ya?


Seolah membaca pikiranku, salah seorang tim salesnya menjelaskan.


“Laptop ASUS dengan Layar OLED ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan laptop yang tidak menggunakannya, Kak. ASUS OLED mampu mereproduksi 100% warna pada color space DCI-P3 atau setara dengan 133% warna pada color space sRGB. Jadi nanti tampilan visualnya lebih kaya dan akurat. Detail gitu.


Nah, karena ASUS OLED juga memiliki fitur Eye Care yang dapat mengurangi tingkat paparan radiasi sinar biru pada layar hingga 70%. Maka laptop seri ini jadi lebih nyaman di mata. Sudah dapat sertifikasi Low Blue Light dan Flicker Free dari TÜV Rheinland juga.”


Aku manggut-manggut. Sementara perempuan di sebelahku menggandeng lenganku manja. ‘Ah, sebuah pemandangan visual yang indah. Gak bikin mata sakit. Persis kalau menatap layar ASUS OLED.


“Aku tuh kan perlu laptop buat edit video channel youtube aku, Mas. Sama video-video liburan kita juga. Kalau pakai smartphone layarnya kekecilan.” Rengeknya.


“Nah, pas banget loh Kak. Kalau pilih laptop ini. Laptop modern ASUS OLED sudah diperkuat oleh prosesor Intel Core generasi ke-11 terbaru (Tiger Lake) yang menghadirkan keseimbangan performa dan responsivitas dalam platform berdaya rendah yang dibuat berdasarkan teknologi proses 10nm generasi ketiga. Jadi buat para content creator, laptop ini tuh cocok banget. Sebab performanya yang responsif itu seimbang dengan tampilan visualnya. Lalu, ASUS OLED juga memiliki standar kalibrasi warna yang tinggi dan telah mendapatkan sertifikasi PANTONE Validated Display.”


Tim sales ASUS kembali menjelaskan.


“Selain itu tersedia juga dengan layar OLED 13 sampai 15 inchi yang bikin leluasa kalau mau editing videonya. Harganya juga terjangkau, Kak. Mulai dari Rp8.599.000 saja.” Sambungnya.


Wah, kok murah? Aku mengambil brosur yang disodorkan sales itu padaku.


“Ya sudah. Kamu pilih ASUS OLED yang mana?” Tanyaku seraya menyodorkan brosur ke perempuan cantik di hadapanku.





Mata indahnya memandang satu persatu pilihan laptop ASUS OLED.


“Mau kayak yang punya Raditya Dika ini, Mas. Aku nonton live launching-nya waktu itu. Layarnya duo. Nanti kita tetap bisa video call sambil aku kerja. Jadi kamu bisa temenin aku terus. Lalu ada stylus pen-nya juga. Aku sudah cek semua spesifikasi ASUS OLED ini di website ASUS.


What, a smart girl! Aku semakin kagum dengan perempuan di hadapanku ini. 


“Oh, iya ini ASUS ZenBook Pro Duo, Kak. Memang cocok untuk content creator. Semua ASUS OLED sudah dilengkapi Windows 10 Home yang menawarkan dukungan penuh untuk berbagai perangkat khusus yang digunakan para content creator seperti pen tablet dan dial.


Fyi aja nih Kak, tren layar OLED di laptop sudah mulai diramaikan oleh berbagai brand. Tapi kalau Zenbook Pro Duo dan Zenbook Flip ini kelebihannya karena sudah touch screen, jadi bisa langsung eksekusi saja di layar langsung menggunakan stylus pen.”


“Oke, kami ambil yang ini ya.” 


Aku menunjuk ke gambar laptop ASUS OLED ZenBook Pro Duo. Laptop yang dilengkapi dengan Layar Sentuh utama NanoEdge 15.6” 4K OLED HDR, dan Layar Sentuh kedua ScreenPad™️ Plus yang pasti cocok untuk wanita cantik yang sulit membuatku berpaling ini.


Pasti laptop yang ditenagai up to 10th Gen Intel®️ Core™️ i9 high performance processor dan NVIDIA®️ GeForce RTX™️ 3070 ini bisa bikin hari-harinya juga jadi semakin produktif berkarya, hidup sehat, dan makin bahagia.


Sambil menenteng paper bag bermerk ASUS, aku menggandeng perempuan cantikku yang tampak semringah. Kami menghabiskan hari dengan makan malam bersama di restoran favoritnya. Lalu berlalu pulang…


***


“Selamat pagi.. Aduh, bayinya papa kok nendang muka? Gemes banget!” Aku mencium bayi kami yang dua bulan lagi akan segera lahir.


“Mas, aku mau nanya sesuatu…”


“Hmmm… apa?” Tanganku urung memotong roti lapis daging asap yang tersedia.


Muka istriku terlihat serius.


“Lydia Danira itu siapa, Mas? Namanya ada di mana-mana. Kamu sampai transfer berkali-kali ke dia pake rekening yang aku sendiri nggak tahu kamu punya, Mas. Terus, kamu bawa dia ke ASUS Store. Beliin dia ASUS OLED Pro Duo. It’s my dream, not hers. My dream, Mas!”



***



Mantan membuatmu sulit tidur

Begitupun sinar biru menggempur

Tenang, ASUS takkan timbulkan gangguan tidur


‘Tanpa kamu, Mas. Aku malah bisa tidur lebih nyenyak dan bahagia’


Aku memandang bayi mungil yang masih lelap tertidur. Lalu beralih kembali menatap layar ASUS OLED. Mengetik kata demi kata, menyelesaikan draft novel Layangan Putus yang sempat tertunda. Kali ini aku yakin, jalan ceritanya akan viral di mana-mana.



Disclaimer:

Tulisan ini terinspirasi dari video klip channel Youtube Fiersa Besari "Bukan Lagu Laptop Biasa" dan Tayangan serial di We Tv berjudul Layangan Putus.