Budaya Positif di Sekolah, Mulai dari Mana?

Tidak ada komentar
Selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 ada banyak hal yang mengubah pandangan dan diri saya. Berikut sedikit ringkasan materi yang dipelajari pada Modul 1. 

Modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Tujuan pendidikan menurut KHD adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tinginya baik sebagai manusia maupun masyarakat.

Adapun Kodrat Anak adalah potensi diri yang dimiliki oleh seorang anak, seperti potensi berpikir, potensi emosi dan potensi pisik. Oleh karena itu guru harus Menuntun (Among) yaitu memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Sesuai dengan Trilogi Pendidikan: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani yang berarti di depan menjadi teladan, di tengah memberi motivasi, di belakang memberi dorongan.

Maka guru dituntun untuk menyelenggarakan pendidikan yang berpihak pada anak, tujuannya agar menjadi manusia merdeka sehingga pendidikan harus berpihak pada murid agar anak selamat dan bahagia baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Pada modul 1.2 ini saya mempelajari tentang nilai dan perang guru penggerak yang diharapkan dapat terwujud. Adapun nilai dan peran guru penggerak terbagi menjadi beberapa poin seperti tertera di bawah ini.

Nilai Guru Penggerak:

  • Berpihak pada murid 
  • Mandiri 
  • Reflektif 
  • Kolaboratif 
  • Inovatif

Peran Guru Penggerak:

  • Menjadi pemimpin pembelajaran 
  • Mewujudkan kepemimpinan murid 
  • Mendorong kolaborasi 
  • Menjadi coach bagi guru lain 
  • Menggerakkan komunitas praktisi

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Selanjutnya pada Modul 1.3 saya diajak menyusun Visi. Sebagai catatan, visi guru penggerak harus mampu mencerminkan Nilai dan Peran Guru Penggerak dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Profil Pelajar Pancasila

Untuk memudahkan menyusun Visi, saya juga mempelajari mengenai Inkuiri Apresiatif. Inkuiri apresiatif adalah sebuah paradigma sekaligus model manajemen perubahan yang memegang prinsip psikologi positif, serta pendekatan berbasis kekuatan. Untuk mengenali inkuiri apresiatif ini, lebih mudah jika menggunakan bagan BAGJA (Buat pertanyaan - Ambil pelajaran - Gali mimpi - Jabarkan rencana - Atur eksekusi). Sederhananya kita membuat dulu tujuan (visi) yang ingin dicapai, kemudian kita tuliskan hal-hal baik yang sudah ada di sekitar dan bisa kita pelajari, lalu kita rumuskan lagi kira-kira perubahan apa yang akan terjadi jika visi ini terwujud, selanjutnya kita rumuskan rencana apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, dan yang terakhir adalah melaksanakan semua rencana tersebut.

Modul 1.4 Budaya Positif 

Budaya positif adalah suatu pembiasaan yang bernilai positif, di dalamnya mengandung sejumlah kegiatan yang mampu menumbuhkan karakter murid.

Cakupan Materi Budaya Positif

  • Disiplin positif
  • Teori motivasi
  • Keyakinan kelas
  • Kebutuhan dasar manusia
  • Posisi kontrol
  • Segitiga restitusi
Untuk membentuk Budaya Positif (pembiasaan yang bernilai positif) tentu harus diawali dari disiplin positif. Sebuah istilah di mana disiplin muncul karena berasal dari diri sendiri (motivasi intrinsik). Bukan berasal dari luar, seperti disiplin yang muncul karena takut akan hukuman ataupun haus akan pujian.

Langkah awal yang bisa diterapkan di sekolah untuk membentuk disiplin positif ini dengan menyusun Keyakinan Kelas. Keyakinan kelas dapat disusun dari peraturan-peraturan kelas yang disepakati antara murid dan guru. Kemudian memastikan semua peraturan terdiri dari kalimat positif yang kemudian disarikan menjadi nilai-nilai kebajikan. Sehingga disebut menjadi Keyakinan Kelas.

Dengan adanya keyakinan kelas ini, guru dan murid bisa menjadikannya sebagai panduan dalam melakukan pembiasaan bernilai positif. Sehingga ketika murid melakukan sesuatu di luar nilai kebajikan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia (kebutuhan bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kebebasan, kesenangan, dan penguasaan). Guru bisa mengambil posisi kontrol yang tepat yakni sebagai Manager.

Sebagai informasi, ada 5 Posisi Kontrol Guru:
  1. Penghukum
  2. Pembuat rasa bersalah
  3. Teman
  4. Pemantau
  5. Manager
Sebagai guru penggerak, diharapkan dapat mengambil posisi sebagai manager atau minimal sebagai pemantau. 

Sebagai langkah pelaksanaannya, bisa melalui penerapan Segitiga Restitusi.
Ada 3 tahapan dalam Segitiga Restitusi:
  1. Menstabilkan identitas
  2. Memvalidasi tindakan yang salah
  3. Menanyakan keyakinan kelas.
Berikut contoh role-play pelaksanaan Segitiga Restitusi yang saya lakukan:

Bagi saya modul 1.4 ini sangat menantang. Dimana semua rencana aksi nyata harus direalisasikan. Selain melakukan role-play pelaksanaan segitiga restitusi, saya juga harus mendiseminasikan materi Budaya Positif ini kepada rekan sejawat di sekolah. 

Berikut ini video diseminasi dan pelaksanaan aksi nyata berupa penyusunan keyakinan kelas yang telah saya terapkan:

Pada kegiatan tersebut, rekan sejawat menyambut secara positif materi ini. Hanya saja untuk menyamakan persepsi mengenai disiplin positif melalui segitiga restitusi dengan mengacu pada keyakinan kelas masih menjadi sebuah tantangan. Namun saya yakin, jika dilakukan secara kolaboratif dan konsisten, budaya positif akan terbentuk.

Sedangkan saat penyusunan keyakinan kelas di kelas 7, respon murid cukup baik. Meskipun dalam pelaksanaannya masih belum sepenuhnya berjalan berdasarkan keyakinan kelas yang disusun.

Tidak ada komentar

Sila berkomentar dan bertanya 😊 Semua komentar dimoderasi ya