Desember 2019 - Anak kedua saya lahir lewat operasi caesar. Sebelumnya saya dan suami sudah menyiapkan juga biaya persalinan untuk jaga-jaga. Selebihnya mengandalkan fasilitas saja dari asuransi kesehatan pemerintah. Ya, berkaca pada pengalaman anak pertama lalu. Saat itu kami harus membayar biaya sebesar 7 juta. Bukan apa-apa. Hanya saja karena kamar kelas I kurang nyaman, akhirnya pindah ke VIP. Saat anak kedua, saya sudah survei dulu keadaan kamar kelas I. Alhamdulillah cukup nyaman untuk ditinggali selama dua hari. Lumayan jadi hemat 7 juta. Keluar rumah sakit tidak membayar satu sen pun.
Pentingnya Asuransi Kesehatan
Ya, begitu pentingnya asuransi kesehatan bagi semua anggota keluarga. Kebayang gak kalau tidak ada asuransi kesehatan? Lalu tiba-tiba harus masuk rumah sakit dan diambil tindakan? Apa tidak menangis saat melihat tagihan?
Asuransi memang bertujuan untuk memberikan perlindungan dari kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan bagi pemilik polisnya.
Selain asuransi kesehatan, berikut ini jenis asuransi lainnya yang ada di Indonesia:
- Asuransi Jiwa
- Asuransi Pendidikan
- Asuransi Dana Hari Tua
- Asuransi Umum
Wah ternyata banyak ya jenis asuransi itu. Lantas kapan sebaiknya kita mulai asuransi?
Kapan mulai ikut asuransi?
Menurut piramida pengeluaran dari kelas keuangan yang pernah saya ikuti, asuransi berada pada ranah proteksi. Artinya sebaiknya dilakukan ketika kebutuhan dasar, biaya hidup, dan dana darurat sudah terpenuhi.
Nah, permasalahan yang saya hadapi ketika itu sehingga memutuskan ikut kelas financial planning adalah “kok sejak anak kedua lahir, keuangan keluarga terasa memburuk ya?” Ditambah lagi beberapa bulan kemudian terjadi pandemi, yang mengakibatkan pemasukan berkurang. Bisnis keluarga yang baru dimulai juga terpaksa gulung tikar. Sementara pengeluaran tentu saja bertambah dengan kehadiran anggota keluarga yang baru.
Saat itu juga sempat berpikir “Aduh, ini gajinya yang kurang atau bocor alus aja ya? Kebanyakan jajan martabak”
Hehehe… makanya wajib nih ibu-ibu mencatat cash flow. Pemasukan berapa, pengeluarannya kemana aja?
Lalu hasil perhitungan keuangan saya bagaimana? Ternyata setelah pendapatan dihitung dan dikurangi pengeluaran. Hasilnya besar pasak daripada tiang. Minus, euy! 🤣
Alternatifnya pemecahan masalahnya ada dua: mengurangi pengeluaran atau menambah pemasukan.
Kesalahan saya kala itu adalah karena saya memiliki pinjaman di bank lebih dari 30% gaji. Yaa apa gak kolaps 🤣.
Padahal harusnya disesuaikan dengan prioritas, sesuai dengan gambar Piramida Keuangan di atas.
Urutannya yaitu:
- Penuhi kebutuhan dasar (makan, transport, dll)
- Mulai menabung dana darurat untuk menghindari utang.
- Miliki asuransi jiwa untuk pencari nafkah dan asuransi kesehatan untuk seluruh anggota keluarga.
- Mulai berinvestasi untuk tujuan keuangan kita dan pilih produk apa yang akan dipakai.
Alhamdulillah saat ini kondisi keuangan mulai membaik. Jadi bisa kejar menabung dana darurat yang jumlahnya minimal 3x pengeluaran bulanan. Bahkan untuk lebih amannya sebaiknya 12x pengeluaran untuk keluarga yang memiliki dua orang anak.
Untuk asuransi kesehatan untuk seluruh anggota keluarga juga otomatis sudah terdaftar di asuransi milik pemerintah karena suami dan saya ASN.
Memilih Asuransi Jiwa
Namun, asuransi jiwa untuk pencari nafkah belum bisa dipenuhi. Padahal dari kelas keuangan disebutkan jelas banget, kalau pencari nafkah yang punya tanggungan (anak) maka sebaiknya ikut asuransi jiwa. Tapi kami masih ragu-ragu nih, mau ikut asuransi jiwa dimana? Terus bingung juga mau pilih asuransi konvensional atau syariah?
Untungnya seminggu yang lalu saya dapat kesempatan mengikuti webinar dari Komunitas Emak-Emak Blogger dan Prudential yang bertema “Membangun Keluarga yang Tangguh Secara Finansial Melalui Asuransi”
Wah semua tanda tanya yang ada terjawab di sini. Saya dan emak-emak blogger lainnya diberi pengetahuan dasar mengenai asuransi dan juga perencanaan keuangan. Beruntung sekali bisa dapat kelas gratis kayak gini. Di kelas keungan yang saya sebut sebelumnya di atas, saya rela bayar loh…
Nah, biar semua pembaca blog ini juga dapat ilmunya, saya share di sini yaa…
Mengenal Asuransi Jiwa
Berdasarkan jenis, asuransi jiwa terbagi menjadi:
Asuransi Tradisional
- Dwiguna: asuransi yang memberikan jumlah uang pertanggungan saat tertanggung meninggal dalam periode tertentu, sekaligus memberikan seluruh uang pertanggungan jika ia masih hidup pada masa akhir pertanggungan.
- Berjangka (term life): asuransi yang memberikan perlindungan sesuai jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
- Whole life: asuransi yang memberikan proteksi perlindungan jiwa yang memiliki masa berlaku hingga seumur hidup.
Asuransi unitlink: asuransi sekaligus investasi. Biaya asuransi bisa diambil dari kumpulan investasi yang dilakukan oleh Pemegang Polis.
Berdasarkan hukum, terbagi menjadi dua, yaitu asuransi konvensional dan asuransi syariah.
Perbedaan Asuransi Konvensional dan Syariah
Perbedaan d iantara keduanya terdapat pada akad. Akad asuransi konvensional antara tertanggung dan penanggung berupa jual-beli. Sedangkan akad pada asuransi syariah antara peserta adalah iuran tabarru’ dan akad antara kumpulan peserta dengan perusahaan adalah wakalah bil ujrah.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Sedangkan menurut pengertiannya Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau Tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Tentu saja ya, dengan adanya pilihan jenis asuransi syariah ini setidaknya membuat calon peserta merasa lebih nyaman karena instrumen investasinya berbasis syariah. Selain itu ada Dewan Pengawas Syariah juga, yang bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan di lembaga keuangan syariah.
Sudah pusing belum? InshaAllah makin paham ya… intinya sebelum ikut asuransi, harus kenali dulu produk asuransinya. Pilih juga perusahaan asuransi yang kredibel. Sekalipun dana darurat belum maksimal terpenuhi, kita juga bisa tetap ikut asuransi loh. Asalkan benar-benar disisihkan uang untuk dana darurat dan membayar premi asuransi.
Terutama untung para pencari nafkah yang memiliki tanggungan (anak) wajib banget punya asuransi jiwa. Setidaknya ketika terjadi apa-apa pada pemegang polis asuransi, keluarga yang ditinggal bisa sedikit lebih tenang melanjutkan kehidupan. Meski tentu saja, tidak ada yang lebih menyenangkan dari tetap bersama-sama ya daripada kehilangan.
“The future’s not ours to see but we can still plan for the best”